Kopdes Merah Putih, Tito Supervisi OJK: Langkah Tegas Prabowo Bangun Ekonomi Pedesaan

Ferry Juliantono (Wamenkop), Tito Sulistio ( Pengawas OJK), dan Syahganda Nainggolan (GREAT Institute). Foto: jmsi

Jakarta, Fajarmanado.com–Publik masih ada yang sangsi atas rencana peluncuran Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih oleh pemerintah Prabowo Subianto pada 12 Juli 2025.

Pro kontra masih terjadi antara pengamat dan pelaku koperasi. Satu pihak punya keyakinan bahwa didirikannya Kopdes Merah Putih merupakan langkah terobosan dari Presiden Prabowo untuk menggerakkan perekonomian nasional berbasis kelembaagaan koperasi. Pihak lain, masih menyangsihkannya.

Pandangan optimistik datang dari Tito Sulistio, anggota Badan Supervisi OJK periode 2023-2028 pada kesempatan diskusi yang diadakan oleh lembaga kajian politik ekonomi GREAT Institute beberapa waktu lalu.

Tito menyatakan bahwa langkah Presiden Prabowo dalam menginisiasi berdirinya Kopdes Merah Putih adalah terobosan luar biasa yang akan menjadikan koperasi pintu masuk industrialisasi pedesaan.

“80 ribu koperasi desa merah putih akan menjadi sebagai bagian dari ekonomi Pancasila yang berbasis industrialisasi pedesaan dan koperasi,” ujar Tito, Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) untuk periode 2015-2018.

Dalam pembiayaan, kata Tito, koperasi desa dapat memanfaatkan kerjasama dengan Danantara.

“Danantara harus bisa mengonsolidasi dan mengelola aset negara untuk didistribusikan ke masyarakat, melalui koperasi desa Merah Putih,” tutur Tito yang menerbitkan buku berjudul Privatisasi Berkerakyatan.

Tito juga menyarankan agar koperasi segera bekerjasama dengan Otoritas Jasa Keuangan untuk masuk pada skema transparansi ke depan.

Sementara, Turino Yulianto, tokoh koperasi pemuda menyatakan bahwa Kopdes Merah Putih adalah langkah ideologis dari Presiden Prabowo Subianto dalam memperbaiki tata niaga perekonomian di pedesaan.

“Kopdes Merah Putih adalah misi besar Prabowo untuk melakukan transformasi ekonomi dari ekonomi elit yang dikuasai oligarki menjadi ekonomi rakyat yang dikuasai banyak orang,” ujarnya.

Menurut Turino, Kopdes Merah Putih akan menjadi sarana pendistribusian kesejahteraan yang paling efektif.

Koperasi dapat mengelola tambang, pengiriman pupuk ke negara maju, misalnya.

“Sudah banyak kisah sukses koperasi mengelola jaringan bisnis utama sebuah negara seperti Koperasi padi Zen Noh di Jepang, koperasi susu Frisian Flag di Belanda, Koperasi kesehatan Unimed di Brazil,” jelas Turino pernah menjadi Ketua Kokesma ITB.

Turino menilai, Kopdes Merah Putih adalah visi besar pemerintah untuk membawa desa-desa di Indonesia menuju jaringan global.

“Koperasi, berbeda dengan BUMDes, adalah badan hukum usaha yang diakui secara internasional. Kopdes di daerah peternak sapi perah, bisa kerjasama dengan pabrik susu di New Zealand atau di Belanda. Jaringan koperasi internasional saat ini sudah membentuk jaringan bisnis dengan omset ribuan trilyun,” papar Turino yang juga  Pengurus INKUD.

 

[jmsi/heru]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *