(Oleh: Renata Ticonuwu, S.Th)
Manado, Fajarmanado.com – Saya ingin mengajak kita untuk melihat dengan kacamata obyektif. Benarkah Manado adalah Kota Terkotor..?? Ok barangkali ada yang membandingkan dengan Kota-kota lainnya.
Jika ada yang senang bepergian atau hobby traveling, maka jika kita mau jujur, pasti di kota-kota manapun ‘lebih khusus di negara kita ini’, maka akan menjumpai tumpukan sampah, selokan tersumbat, makanan kurang higenis, pemukiman kumuh, dan sebagainya.
Di Manado sulit kita menjumpai hal tersebut. Ada foto yang dikirimkan seseorang di Face Book, tapi yang dikirimkan adalah foto tumpukan sampah di TPA Medan (Kota Besar Terkotor menurut penilaian Kementrian KLHK) yang direkayasa seakan tumpukan sampah itu di Manado.
Di Ibukota Propinsi Sulawesi Utara tersebut, kebersihan menjadi skala prioritas program bagi Pemerintah Kota Manado. Berjalan bersama dengan program Pemkot Manado menciptakan masyarakat yang rukun dan toleran dengan slogan masyarakat Manado yang rukun dan bersih (seperti yang selalu disuarakan FKUB Kota Manado).
Sehingga oleh Setara Institut yang bekerjasama dengan Kemendagri dan Kemenag RI memberikan penghargaan Manado Kota Paling Toleran baik di Tahun 2017 dan Tahun 2018. Upaya Pemerintah Kota untuk membuat Manado adalah Kota Bersihselalu diupayakan. Dan semua masyarakat Manado tahu persis, kerja keras dari para penyapu jalan, semangat para pengangkut sampah dari tingkat lingkungan sampai diangkut truk sampah ke TPA Sumompo. Pemerintah kota, memberika gaji yang pantas bagi para pekerja kebersihan kota ini.
Motor Sampah.
Dari data yang ada, sewaktu masyarakat mengeluh karena bau busuk dan joroknya tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sampah (TPS) Kelurahan, maka Pemerintah Kota mengatasinya dengan menghilangkan semua TPS dan diganti dengan motor sampah. Setiap lingkungan diberikan satu motor sampah. Operasi motor sampah langsung menjemput sampah di rumah-rumah penduduk. Sehingga, masyarakat melihat langsung bahwa Kota Manado sejak tahun 2017, jauh lebih bersih dibandingkan ketika mendapatkan penghargaan Adipura.
Untuk diketahui penilaian Adipura hanya ditempat-tempat tertentu saja. Namun untuk Manado sejak Tahun 2017, gerakan kebersihan kota dilakukan secara serentak di 504 lingkungan di Kota Manado. Dan kontrol pemerintah kota untuk gerakan kebersihan dari setiap lingkungan dilakukan terus.
Jika ada lingkungan yang mengabaikannya, maka kebijakan Walikota adalah mengevaluasi dengan tidak segan-segan mengganti Kepala Lingkungan. Nah, alangkah naifnya jika ada tudingan kepada kaum rakyat kecil ini (Kepala Lingkungan, tukang angkat sampah, tukang ‘sosapu’ jalan), yang setiap hari bergelut dengan sampah kotor untuk menghidupi keluarganya.
Ataupun sungguh ironis menuding negatif kepada Pemerintah Kota saat adanya penilaian Kota Kotor dari KLHK. Padahal, Dirjen Rosa Vivien menjelaskan bahwa penilaian Kota Kotor itu, paling utama adalah cara pengelolaan sampah di TPA. Arti kata, kota kotor oleh Kementrian KLHK bukan dinilai dengan banyaknya sampah berseleweran di jalan-jalan.
Barangkali kalau penilaian tolak ukurnya adalah sampah-sampah yang semerawut di suatu kota, pasti Manado tidak akan dinilai sebegai kota kotor, malahan akan mendapat penghargaan Kota Bersih. Sebab, banyak orang yang datang termasuk para tamu dari FKUB (Forum Kerukunan Umat Beragama) daerah lain yang ketika melaksanakan studi komperatif dengan FKUB Manado, selalu memuji Kota Manado. Mereka selalu menilai bahwa Manado benar-benar adalah Kota Rukun dan kota yang bersih.
Akhirnya dengan hebohnya Manado Kota Terkotor, biarlah menjadi ‘PR’ bagi Pemerintah Kota serta ‘PR’ bagi seluruh masyarakat Manado untuk turut menjaga dan mengawal kebersihan kota kita. Dan menjadi perhatian bagi kita semua, lewat masalah ini agar selalu melihat setiap persoalan yang ada dengan obyektivitas yang positiif, bukan dengan ‘negatif thinking’ apalagi jika sudah ada muatan politis yang subyektif. Hal itu akan menjadi kerugian bersama alias tidak menguntungkan bagi rakyat Manado. Stop jo bakucungkel !!!
Jadi menurut hemat saya, kebersihan kota adalah juga tugas kita sebagai bagian dari masyarakat Kota Manado. Untuk itu ‘mari torang semua’ turut menjaga kebersihan kota kita, dengan secara aktif membersihkan lingkungan kita masing-masing.
Obyektif bukan? Sebab, coba kita amati bersama. Di saat pagi hari jalan-jalan di Manado bersih, sebab ‘tukang basosapu’ sudah menyapu jalan meski hujan rintik-rintik dan udara dingin di pagi hari. Siang hari sudah ada sampah lagi, plastik, bekas minuman ‘aqua’, dan sebagainya.
Siapa yang mengotorinya ? Jawaban yakni oknum masyarakat yang seenaknya membuang sampah di sembarang tempat. Mental masyarakatpun harus diubah. Kembali kepada masyarakat bukan? Tapi kita harus optimis… optimis dan optimis (bukan ikut-ikutan Presiden Jokowi ketika berpidato di depan mahasiswa UI, kata optimis sampai 9 kali..) bahwa Kota Manado tetap disukai, dicintai dan menjadi barometer bagi warga lainnya untuk bertandang ke kota ini. Melihat panoramanya, bunakennya, kulinernya, kerukunan dan toleransinya, bubur manadonya, senyuman masyarakatnya, dan sebagainya.
Dan Puji Tuhan, hingga kini ada suatu kebanggan bahwa Manado tetap dinilai sebagai Kota Cerdas, Kota Paling Toleran, Kota Paling Rukun, sehingga orang Manado akan sepakat untuk bersama-sama menciptakan Manado sebagai Kota Doa (seperti yang sudah dicanangkan oleh para tokoh umat beragama}. Sebab, bukankah setiap permohonan Doa akan mendapatkan jawaban pasti dari Tuhan yang sudah menciptakan tanah, alam sekitar yang menjadi tumpuan kota kita. GOD BLESS Manado..! (Bagian 2, Tamat)
(Penulis : Pendeta GMIM, Ketua FKUB Manado, Mantan Wartawan tinggal di Meras Kecamatan Bunaken)