Tomohon, Fajarmanado.com — Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Touweru sukses memprakasai launching dan bedah buku “Menguak Akar Masalah Budaya Minahasa dan GMIM” Epilog Otobiografi Bert Adriaan Supit, Jumat (17/5/2019).
Bedah buku yang dihadiri langsung Dr Bert Adriaan Supit (84 tahun), penulis buku dan budayawan ini berlangsung di Perpustakaan Minahasa, Kelurahan Kakaskasen, Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon.
Dr Bert Supit menjelaskan, isi buku tersebut terdiri dari dua bab besar, yaitu tentang Minahasa dan GMIM.
Menurut dia, persoalan Minahasa terbatas dibahas meski ada beberapa hal yang di tekankannya dalam buku. Yang paling menonjol adalah perpecahan pandangan di gereja.
Meski begitu, Om Bert Supit menegaskan jika dirinya tidak pernah berpikir atau bertujuan mencari siapa yang salah dalam hal ini tetapi selalu berkeinginan untuk mencari solusi.
“Saya menyadari akan persoalan yang terjadi, dan mungkin seperti itulah orang Minahasa pada umumnya, memiliki pandangan berbeda beda dan luar biasa. Dan menurut saya, hal itu adalah bagian dari demokrasi sebab setiap orang memiliki kebebasan dalam pendapatnya, tentunya juga penting untuk menemukan solusinya,” kata Supit.
Dia menambahkan tujuannya menulis buku ini tak lain untuk merangsang rekonsiliasi di Minahasa dan dalam GMIM.
“Jadi buku Menguak Akar Masalah Budaya Minahasa dan GMIM ini dilengkapi dengan refrensi fakta-fakta, bukan berdasarkan dari pikiran saya sendiri,” ujar Om Bert Supit, yang dikenal juga sebagai salah satu tokoh GMIM.
Swadi Sual (30 tahun) selaku editor buku mengungkapkan, tahun 2017 dirinya diminta Om Bert Supit untuk membantu dalam pembuatan buku ini.
Permintaan tersebut diterimanya meskipun sebenarnya ada sedikit analisis yang berbeda dalam masalah yang sempat mereka diskusikan.
Swadi Sual mengaku menyadari bahwa Om Bert Supit sudah melewati beberapa periode sejarah, tentunya lebih banyak pengalaman dan pengetahuan.
“Dr Supit telah melewat banyak perjalanan dan saksi berbagai sejarah yang terjadi ketimbang saya yang jauh lebih muda, namun saya dipercayakan untuk membantu dalam pembuatan buku, dalam proses penyusunan epilog otobiografi ini banyak sekali naskah yang saya baca untuk membuat refrensinya, saya harap buku ini bisa berguna dan diterimah bagi para pembacanya,” tandas Swadi Sual, pemuda yang di kenal selalu memiliki gagasan yang luar biasa dan juga pemerhati budaya Minahasa.
Kegiatan ini dihadiri Fredy Wowor, Deny Pinontoan, Yopy Worek, Bodewyn Talumewo, anggota Touweru, kalangan mahasiswa dan beberapa pendeta pemerhati GMIM serta para peserta lainnya.
Penulis: Prokla Mambo