Mantan Wartawan, Dr Jiss Maramis Sukses Lakukan Misi Pelayanan di Suku ‘Khmer’ Kamboja

Dr Jis Maramis: Ini sudah menjadi kalender kerja STT GGI

Penampakan Pelayanan Tim STT GGI di Kota Poipet dan Phnom Penh, Kamboja dan Diskusi Dengan Kedubes RI di Phnom Penh, 17-22 November 2025 serta Dr Jiss Maramis saat memberikan pelayanan. (Foto: STTGGI. Kolase: haris vanderslot/Ist.

Jakarta, FajarManado.News — Dr Jiss Maramis, mantan wartawan anggota PWI Sulawesi Utara (Sulut), sukses melakukan Pelayanan Pengabdian Masyarakat Internasional (PPMI) di Kamboja.

Bersama Tim Sekolah Tinggi Teologi Global Glow Indonesia (STT GGI), Dr Jiss Maramis melakukan PPMI di kota Poipet dan Phnom Penh, Kamboja, 17 hingga Sabtu, 22 November 2025.

Putra Pemimpin Redaksi (Pemred) SKH Manado Post ketika terbit 17 Januari 1997, Alm. Max Maramis, yang juga mantan Ketua PWI Sulawesi Utara itu, bersama lima orang lainnya, melakukan pelayanan di negeri yang kini heboh disebut sebagai pusat scam judi online tersebut.

Dr. Jiss bersama tim melakukan pelayanan dalam bentuk kunjungan, wawancara, penelitian, dan edukasi, termasuk melakukan diskusi dan seminar mengenai Perspektif Teologi dan Etika di dua kota tersebut.

Edukasi juga dilakukan dalam bentuk bagaimana mengatur pengelolaan uang hasil pekerjaan di luar negeri, yang jumlahnya jauh di atas pendapatan karyawan di Indonesia.

Tim STT GGI juga tak lupa melakukan pengajaran bahasa Inggris dan melakukan pengajaran bagaimana menyanyikan lagu rohani, terutama kepada anak-anak suku ‘Khmer’, penduduk asli di Kamboja ini.

Suku ‘Khmer’ adalah sebutan untuk kelompok etnis yang dominan di Kamboja, yang telah tinggal di wilayah tersebut selama ribuan tahun. Mereka adalah penduduk asli Kamboja dan juga tinggal di beberapa wilayah negara tetangga seperti Thailand dan Vietnam.

Sedangkan istilah ‘Khmer Merah’ di Kamboja adalah sebutan kepada kelompok komunis yang berkuasa di Kamboja antara tahun 1975-1979 di bawah pemimpin Pol Pot.

Rezim itu terkenal dengan kebijakan radikal dan brutal, termasuk pemenjaraan massal, represi politik dan genosida.

Menurut Dr Jiss Maramis, seperti dilansir dari minahasaraya.com, bahwa Pelayanan Pengabdian Masyarakat Internasional yang dilakukan timnya, sudah menjadi kalender akademik STT GGI.

“Pelayanan seperti ini sudah menjadi kalender akademik STT GGI setiap tahun, sejak sebelum pandemi Covid-19. Jadi hampir semua negara di Asia Tenggara, kami sudah laksanakan kegiatan seperti ini,” ungkap Jiss Maramis, pria asal Manado, yang sudah menetap di BSD Tangerang Selatan ini.

Jiss Maramis yang  pernah rekan sesama Jurnalis Manado Post di era 1987-1992 ini juga menjelaskan, STT GGI pada misinya hadir untuk menunjukkan komitmennya menjadi berkat global. Pelayanan STT GGI ini dilakukan melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM).

Jiss menambahkan, lama pelayanan yang dilakukan di Kamboja adalah selama satu minggu penuh, 17 hingga 22 November 2025. Itu dilakukan di dua kota yakni di Phnom Penh dan Poipet, kota yang berbatasan dengan Thailand ini.

“Pelayanan ini juga merupakan terobosan yang didukung Ketua Lembaga Dr Gilbert Lumoindong (Gembala Glowfellowship Centre) dan Ketua STT GGI, Dr Saur Hasugian,” ungkapnya.

Selama di Phnom Penh, lanjut Jiss, tim STT GGI juga melaksanakan audiensi dan diskusi dengan pihak Kedutaan Besar Republik Indonesia (Kedubes RI) Kamboja.

Pertemuan dengan Kedubes RI di Phnom Penh tersebut sekaligus menjadi forum strategis untuk berbagi masukan terkait kondisi Warga Negara Indonesia di Kamboja.

Sebagai bentuk apresiasi dan ucapan terima kasih atas kesempatan yang diberikan,  pihak STT GGI menyerahkan Plakat dan Sertifikat Penghargaan kepada pihak Kedubes RI di Phnom Penh.

Hasil diskusi antara tim STT GGI dan pihak Kedubes RI, menyoroti data penting, di mana terdapat sekitar 160 ribu WNI berstatus pengunjung dan 60 ribu WNI berstatus karyawan yang tersebar di seluruh wilayah Kamboja.

Warga Indonesia ini diketahui memberikan kontribusi pendapatan atau income yang signifikan bagi APBN Kamboja melalui pekerjaan mereka.

Untuk itu, melalui kegiatan internasional ini, STT GGI menegaskan visinya untuk tidak hanya berkarya di Indonesia, tetapi juga menjadi berkat dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat global.

[**heru]

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *