Amurang, Fajarmanado.com – Banyak petani Cap Tikus di Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) mengeluhkan kurangnya apresiasi pemerintah terhadap industri rumah yang memproduksi minuman khas Sulawesi Utara ini.
Anggota DPRD Minsel Drs Roby Sangkoy, MPd menjelaskan, pemerintah harus memberikan peluang bagi para petani cap tikus, khususnya di Kabupaten Minsel, dimana cap tikus merupakan lahan komoditi bagi kelangsungan hidup mereka. “Pemerintah harusnya bisa memberikan terobosan bagaimana cara mengolah, sehingga miras khas Minahasa ini, bisa bersaing tingkat Nasional maupun Internasonal,”ungkapnya.
Roby menuturkan, kita ketahui bersama minuman beralkohol khas Minahasa ini lebih banyak peminat. Kalau dapat sentuhan teknologi bisa naik kelas.”Jika ada campur tangan pemerintah, tentunya bisa menambah pendapatan para petani cap tikus,”harap Sangkoy.
“Sampai saat ini, para petani cap tikus merasa was-was karena dikejar oleh para aparat kepolisian, dikarenakan opini masyarakat bahwa cap tikus sebagai biang kerok dari tingginya tingkat kriminalitas,” paparnya.
Sangkoy mengatakan, minuman tradisional ini, memiliki potensi ekonomi tinggi. Asal saja mendapat sentuhan yang tepat dan tidak mendapat cap negatif.
“Perlu legalitas dari pemerintah agar cap tikus bisa dipasarkan. Tentunya dengan kemasan yang menarik, sehingga bisa bersaing dengan miras lainnya.’’jelas anggota Komisi III ini.
Sementara itu, Billy J Regar, SSos menjelaskan, cap tikus tidak kalah dengan miras lainnya asal ditambah dengan aroma dan rasanya yang dirubah, beberapa waktu lalu pernah diadakan eksperimen guna meningkatkan kualitas, namun tidak didukung oleh pemerintah, sehingga eksperimen tersebut tidak berjalan.
“Diperlukan campuran atau eksperimen, sehingga miras ini, bisa berarora dan punya rasa khas tersendiri, dan tentunya banyak diminati para khalayak penggemar miras,” tuturnya.
Regar yang juga pengusaha cap tikus ini menuturkan, bagaimana kita mencari solusi terhadap petani cap tikus. Warga Sulut tahu kalau Minsel banyak petani cap tikus sebagai pendapatan pokok maupun sampingan. “Seperti diketahui, hasil penjualan cap tikus ini, sudah banyak menelorkan para sarjana bahkan sampai petinggi pemerintahan,” ungkapnya.
‘’Yang pasti, karena hasil cap tikus banyak ragamnya. Maka, sikap kami sebagai wakil rakyat Minsel akan memperjuangkan hak-hak mereka. Namun, siapkah pemerintah Minsel terhadap mereka,’’sebut Sangkoy yang dibenarkan Regar.
(andries)