Wah..! Gunung Soputan Batuk, PVMKG Sebut Status Siaga

Ratahan, Fajarmanado.com — Gunung Soputan “batuk”. Erupsi vulkanologi gunung berapi di wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara (Mitra) dan Minahasa Selatan (Minsel), Sulawesi Utara (Sulut) memuntahkan abu yang membumbung tinggi.

Fenomena bencana alam ini pun terlihat jelas sejak Rabu (3/10/2018) pagi tadi. Cuaca yang cerah membuat kepulan putih kecokelatan terlihat jelas menjulang di atas puncak gunung berketinggian sekitar 1.784 meter di atas permukaan laut itu. Tak heran, pemandangannya diabadikan masyarakat dan viral di media sosial (Medsos).

Ir. Kasbani, MSc dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian ESDM melalui rilisnya mengkonfirmasi telah terjadi erupsi Gunung Soputan pada tanggal 03 Oktober 2018 pukul 08:47 Wita.

Ketinggian tinggi kolom abu teramati sekitar 4.000 meter di atas puncak gunung berketinggian sekitar 5.809 m di atas permukaan laut itu.

Kolom abu teramati berwarna kelabu hingga coklat dengan intensitas tebal condong ke arah barat dan barat laut. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 39 mm dan durasi sekitat 6 menit.

“Oleh karena itu, untuk mengantisipasi potensi erupsi tersebut maka terhitung tanggal 3 Oktober 2018 pukul 01:00 WITA, status aktivitas G. Soputan ditingkatkan dari Level II (Waspada) menjadi Level III (Siaga),” tulis rilis melalui situs resmi BMKG, pagi tadi.

Penampakan abu vulkanik yang dimuntahkan Gunung Soputan, Rabu (3/10/2018) pagi tadi. Foto Leonard Oping, diambil dari Desa Kanonang, Kawangkoan Barat.

Untuk itulah, Badan Geologi Kementerian ESDM memberi rekomendasi sebagai berikut;

1) Masyarakat agar tidak beraktivitas di seluruh area di dalam radius 4 km dari puncak Gunung Soputan dan di dalam area perluasan sektoral ke arah Barat-Baratdaya sejauh 6,5 km dari puncak yang merupakan daerah bukaan kawah untuk menghindari potensi ancaman guguran lava maupun awan panas.

2) Masyarakat di sekitar Gunung Soputan dianjurkan agar menyiapkan masker penutup hidung dan mulut, guna mengantisipasi potensi bahaya gangguan saluran pernapasan jika terjadi hujan abu.

3) Masyarakat agar mewaspadai potensi ancaman aliran lahar yang dapat terjadi setelah terjadinya erupsi yaitu dimana material erupsi terbawa oleh air, terutama pada sungai-sungai yang berhulu di sekitar lereng G. Soputan, seperti di antaranya Sungai Ranowangko, Sungai Lawian, Sungai Popang dan Londola Kelewahu.

4) Masyarakat di sekitar G. Soputan diharap tetap tenang, tidak terpancing isu-isu letusan G. Soputan. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi selalu berkoordinasi dengan BNPB, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Badan Penanggulangan Bencana Daerah), Pemerintah Kabupaten Minahasa, Minahasa Selatan dan Minahasa Tenggara tentang aktivitas G. Soputan. Masyarakat harap selalu mengikuti arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah.

5) Pemerintah Daerah agar senantiasa berkoordinasi dengan Pos Pengamatan G. Soputan di Silian Tiga, Kecamatan Silian Raya, Kabupaten Minahasa Tenggara, Provinsi Sulawesi Utara atau dengan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi di Bandung.

6) MAGMA Indonesia dapat diakses melalui website https://magma.vsi.esdm.go.id atau melalui aplikasi Android MAGMA Indonesia yang dapat diunduh di Google Play.

Partisipasi masyarakat juga sangat diharapkan dengan melaporkan kejadian-kejadian yang berkaitan dengan aktivitas G. Soputan melalui fitur Lapor Bencana. Para pemangku kepentingan di sektor penerbangan dapat mengakses fitur VONA (Volcano Observatory Notice for Aviation).

Upaya kesiapsiagaan telah dan terus dilakukan oleh PVMBG melalui koordinasi secara rutin dengan stakeholders terkait (Pemda, BPBD, bandara dan pihak terkait lainnya) sehingga langkah-langkah strategis dapat dilakukan oleh berbagai pihak sesuai dengan tugasnya masing-masing. Peringatan dini untuk keselamatan penerbangan telah dilakukan dengan pengiriman VONA dengan kode warna Yellow pada 2 Oktober 2018 pukul 17:46 Wita.

HASIL PEMANTAUAN DAN ANALISIS

Pemantauan secara visual maupun instrumental dapat disarikan sebagai berikut:

1) Pemantauan secara visual dengan kamera termal pada malam hari menunjukkan adanya citra panas di puncak G. Soputan yang mengindikasikan adanya lava bertemperatur tinggi.

2) Kegempaan vulkanik mulai mengalami peningkatan pada bulan September 2018 dari sekitar 2 gempa/hari menjadi 101 gempa/hari pada 2 Oktober 2018. Pada rentang waktu yang sama, aktivitas Hembusan mengalami peningkatan dari sekitar 2-6 kejadian/hari menjadi 851 kejadian/hari pada 2 Oktober 2018.

3) Aktivitas Guguran Lava mengalami peningkatan secara perlahan mulai pertengahan Juli 2018 hingga akhir Agustus 2018 dari sekitar 3 kejadian/hari menjadi sekitar 16 kejadian/hari. Namun sejak September 2018 hingga 2 Oktober 2018, jumlah Guguran Lava mengalami peningkatan yang lebih signifikan dari sekitar 16 kejadian/hari menjadi 193 kejadian per hari.

4) Amplitudo seismik (RSAM – Realtime Seismic Amplitude Measurement) menunjukkan trend akselerasi (percepatan) terutama mulai pada 2 Oktober 2018 sekitar pukul 16:00 Wita.

Gunung api Soputan merupakan gunung api strato yang terletak pada posisi geografis 1 deg 06 min 30 sec Lintang Utara dan 124 deg 44  min Bujur Timur. Secara administratif berada di Kabupaten Mitra dan Minsel, Sulut.

Aktivitas vulkanik Gunung Soputan di permukaan dicirikan oleh hembusan gas maupun pertumbuhan kubah lava.

Kubah lava ini sering diikuti aliran/guguran lava ke arah Barat-Baratdaya, Utara dan Timur. Berdasarkan sejarahnya, erupsi G. Soputan dapat bersifat eksplosif berupa letusan abu vertikal maupun efusif berupa aliran/guguran lava maupun awan panas.

 Sumber: KESDM, Badan Geologi, PVMBG

Penulis  : Herly Umbas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *