Kawangkoan, Fajarmanado.com — Birokrat senior Sulawesi Utara, Albert Yani Tulus, SH datang bernostalgia di Kawangkoan, Kabupaten Minahasa, Rabu, 28 Mei 2025.
Pria familiar yang kini Kepala Dinas Catatan Sipil (Capil) dan Plt. Inspektur Kota Tomohon ini muncul sekira pukul 12.30 Wita dan langsung bercengkrama dengan sejumlah tokoh masyarakat setempat di Rumah Kopi Toronata di pusat pertokoan, yang dikenal dengan kota kacang, biapong dan ragey ini.
“Kalau tokoh pers Mendur bersaudara dan Ch Ch Taulu sudah sah sebagai Pahlawan Nasional, Kawangkoan akan dikenal juga sebagai Kota Pahlawan,” katanya.
Ketika berbincang dengan sejumlah wartawan, Jani Tulus, sapaan karib Camat Kawangkoan tahun 1999–2003 ini mengatakan, jika kakak adik Alex dan Frans Mendur serta Ch Ch Taulu ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional maka Kawangkoan akan memiliki empat Pahlawan Nasional, menyusul BW Lapian yang sah menyandangnya pada tahun 2015.
“Lalu, buatkan patung mereka berempat di depan sana,” ujarnya sambil menunjuk lahan eks shopping centre, lokasi pembangunan taman kota, yang bersandingan dengan Terminal Bus Kawangkoan.
Karena itulah ia menyatakan mensuport perjuangan untuk mewujudkan Mendur Bersaudara dan Ch Ch Taulu sebagai Pahlawan Nasional.
Proses administrasi Ch Ch Taulu menjadi Pahlawan Nasional tinggal menunggu penetapan. Namun Mendur Bersaudara masih dalam tahap finalisasi administrasi.
“Saya dengar tinggal seminar nasional, dukungan tertulis masyarakat hingga rekomendasi Bupati Minahasa dan Gubernur Sulut,” katanya.
Untuk itu, dengan spontan Yani mendorong usaha-usaha yang tengah diperjuangkan sejarahwan Judie Turambi, SH bersama tim kerja Mendur Bersaudara menjadi Pahlawan Nasional.
“Saya siap membantu pengadaan baliho sosialisasi dan seminar,” katanya di hadapan beberapa personil Tim Kerja Mendur Bersaudara menuju Pahlawan Nasional, yakni Drs Eddy Ruata, Drs Tenni Assa, Stefen Supit, SH, Jeff Assa, Farly Buyung dan Herly Umbas.
Peduli Kawangkoan
Yani mengaku peduli dengan keberadaan perkembangan dan pembangunan Kecamatan Kawangkoan, Kawangkoan Utara dan Kawangkoan Barat. Tiga kecamatan ini merupakan hasil pemekaran Kawangkoan pada tahun 2010, yang terdiri dari 10 kelurahan dan 20 desa.
Sesuai catatan Fajarmanado.com, selang tiga tahun lebih menjadi kepala administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di Kecamatan Kawangkoan, ada banyak “cendera mata” yang diukir Yani.
Di masa pemerintahannya saat Kawangkoan masih terdiri dari empat kelurahan dan sembilan desa kala itu, Yani merintis pelebaran jalan lingkar timur.
Jalan perkebunan itu, adalah ruas jalan yang melintasi kawasan perkebunan potensial di Bukit Wawona, yang kini telah dihotmix ini. Ruas jalan itu melingkar dari kompleks air panas Kelurahan Kinali, Kelurahan Uner sampai di Desa Kiawa Dua.
Selain itu, Yani juga ikut berperan bersama mantan Gubernur (Alm) Drs Adolf Jouke Sondakh menjajaki dan mengganjal langsung jalan viadolorosa menanjak dan berliku di Bukit Kasih Kanonang pada tahun 2003.
Pembangunan objek wisata religius itu, akhirnya menciptakan multyplier effect, baik di sektor pembangunan maupun usaha mikro kecil dan menengah di wilayah sekitar.
Disamping pengaspalan jalan akses masuk keluar Bukit Kasih dari Kelurahan Sendangan, Desa Kayuuwi dan Desa Pinabetengan, juga berhasil mendorong menjamurnya beragam usaha kuliner di Kanonang dan Kawangkoan pada umumnya.
Yani juga berhasil “menyulap” performa pusat pertokoan Kecamatan Kawangkoan.
Di depan shopping centre, bangunan tua yang tak lagi terawat ini, berhasil dihadirkan panggung permanen lengkap dengan atapnya sebagai lokasi berbagai kegiatan olah raga dan kesenian maupun ibadah oikumene.
Terung Paliusan itu, tidak dibangun dengan dana pemerintah. Tapi dana Corporate Social Responsibility (CSR) dari Bank SulutGo. Kemudian, dipoles secara swadaya oleh DPP Kumawangkoan Jakarta.
Di Terung Paliusan ini, semasa kepemimpinan Yani, kerap digelar berbagai kegiatan lomba kesenian dan tinju. Yang tak pernah lagi tersaji satu dekade terakhir.
Akan tetapi, gara-gara bangunan permanen pertokoan itu sudah lapuk dimakan usia dan tidak terawat, sekira tahun 2018 lalu dibongkar sekaligus dengan Terung Paliusan. Lokasinya kini dipersiapkan untuk dibangun taman kota.
“Masyarakat Kawangkoan yang saya tahu, suka membangun dan butuh hiburan. Tinggal bagaimana kita menggerakan. Tidak butuh dana APBD, tapi dengan swadaya saja,” ujarnya.
“Kuncinya, harus sering-sering mendengar, lalu merespon aspirasi masyarakat. Saya hanya menggerakkan dan memotivasi. Semua dikerjakan masyarakat melalui panitia-panitia, tanpa harus berharap dana dari pemerintah,” paparnya.
[resmon]