Tompasobaru, Fajarmanado.com – Pembangunan irigasi di Desa Liandok Kecamatan Tompasobaru, yang menelan anggaran Rp.1,99 miliar diduga asal jadi dan terancam mubazir.
Selain mulai rusak, air pun belum mengairi sawah penduduk. Padahal proyek yang dikerjakan CV Mega Karya mulai April 2016 tersebut diproyeksikan untuk mengairi sekitar 75 hektar dari 135 hektar hamparan sawah penduduk.
“Tapi entah kenapa belum air belum juga bisa masuk ke sawah kami,” ujar Bernad Palandeng, warga setempat di areal sawah Desa Liandok kepada Fajarmanado.com, Selasa (18/10).
Pantauan media ini, tak terlihat aktivitas pekerjaan proyek irigasi tersebut, namun air belum bisa disuplai ke areal persawahan penduduk karena debitnya masih relatif sedikit.
Di bagian induk irigasi, pintu pengendali air tampak sudah rusak dan sebuah lobang besar sudah terbentuk dan berada di bentangan bendungan.
Sementara beberapa bagian drainase irigasi telah ambrol, terbelah. Diduga keras akibat kwalitas campuran material yang rendah dan pemasangan batu tidak padat material.
“Pekerjaan proyek irigasi ini dimulai sejak bulan April lalu. Kata para pekerjanya, belum selesai. Namun, ada beberapa bagian sudah retak dan bahkan hancur atau rusak parah,” kata Palandeng.
Kata Palandeng, sebagai petani sawah jelas mengaku tak bisa berbuat apa-apa. Ia bangga mulai tahun 2015 desanya mendapat perhatian Bupati Minsel Christiany Eugenia Paruntu, SE melalui Dinas Pekerjaan Umum.
Kebanggaan warga desa yang berjumlah 887 jiwa tersebut ternyata belum bisa dinikmati karena pihak kontraktor irigasimemberikan yang terbaik kepada warga Desa Liandok.
“Makanya, atas nama warga Liandok saya meminta instansi terkait untuk turun ke lokasi dan melihat langsung proyek irigasi di desa kami ini,’’ katanya.
Palandeng mengapresiasi perhatian Tetty, sapaan akrab Bupati Minsel ini. Selain telah membangun irigasi, juga telah membangun jalan akses utama menuju dan di dalam Desa Liandok.
“Baru kali ini kami merasa merdeka, tidak terisolir lagi karena jalan sepanjang 14 kilometer menuju desa kami telah dibangun, bahkan dengan kwalitas hotmix,” ungkapnya.
Meski demikian, ia menyangkan proyek irigasi belum dilaksanakan dengan baik. “Saya minta Dinas PU datang mencek dan mengawasi langsung supaya proyek irigasi ini tidak akan munazir,” katanya.
Hukum Tua Desa Liandok Masye Potalangi membenarkan kehadiran proyek irigasi tersebut belum dinikmati petani sawah. “Ya benar, sampai saat ini belum bisa digunakan,” katanya.
Ditemui terpisah, Potalangi mengungkapkan bahwa proyek tersebut belum diserahkan kepada pemerintah desa.
“Terus terang, saya sendiri belum turun melakukan pemeriksaan. Tapi, sebagian besar petani sawah yang mengharapkan air dari irigasi itu sudah banyak datang mengeluh karena belum mendapat air. Ada sekitar 75 hektar sawah yang belum juga bisa diolah,” ungkapnya.
Ia mengakui jika kerusakan telah terjadi di beberapa bagian proyek tersebut. “Ya, sesuai laporan masyarakat sudah banyak yang rusak, padahal belum diserahkan kepada kami,” katanya.
Kerusakan itu, lanjut dia, di antaranya berada di pintu utama irigasi, longsor di belakang bentangan pada beberapa bagian saluran irigasi.
“Ada lobang besar yang menganga di bentangan bendungan, bisa saja airnya hanya mengendap masuk melalui lobang itu sehingga debit air dibendungan agak kecil dan tak bisa disuplai ke persawahan,” ujarnya.
(andries)