Kawangkoan, Fajarmanado.com — Pasca penggundulan hutan di sekitar sumber mataair PDAM di Kelurahan Kinali Satu, Kecamatan Kawangkoan, krisis air bersih melanda ribuan pelanggan BUMD Kabupaten Minahasa ini.
Sontak saja, warga Desa Tondegesan Dua, yang ikut merasakan dampaknya, menjerit. Kemudian, melalui tokoh masyarakat, pengurus Badan Perwakilan Desa (BPD), mengusulkan pembangunan sumur bor melalui musyawarah bersama pemerintah desa dimasukkan dalam ABPDes 2019.
“Makanya, kami sudah anggarkan dalam APBDes 2019 untuk membangun empat titik sumur bor,” kata Hukum Tua (Kumtua) Desa Tondegesan Dua, Stefie Rembet kepada Fajarmanado.com di Kawangkoan, Senin (3/6/2019) malam.
Kehadiran sumur bor di semua 4 jaga ini, Stefie berharap nantinya akan dapat mengatasi krisis air bersih yang dialami pelangggan PDAM Unit Kawangkoan sejak tahun lalu, khususnya di Desa Tondegesan Dua.
Seperti diketahui, hutan pada bukit di bagian atas dan sekitar mataair panas Kinali telah digunduli oleh salahsatu perusahaan nasional. Dikabarkan akan ditata menjadi kawasan objek wisata.
Namun, dampak logisnya, debit air di lokasi mataair yang menjadi sumber air bersih utama dari PDAM sejak puluhan tahun silam itu, berkurang drastis.
Berbagai cara sudah dilakukan manajemen PDAM, tapi krisis air bersih belum juga teratasi.
Menurut Kumtua Stefie, Desa Tondegesan Dua awalnya membantu mengantisipasi krisis air suplai PDAM dengan menyediakan dua tong air.
Tong masing-masing berkapasitas 1,1 meter kubik itu disediakan untuk menampung air PDAM, yang karena krisis air dibijaksanai dengan penjadwalan suplai air.
“Memang sangat efektif. Kebutuhan air minum pelanggan dapat terpenuhi, walaupun tidak dengan lainnya, seperti cuci pakaian dan mandi,” katanya.
Mandi dan mencuci pakaian, masyarakat harus menempuh jarak sekitar 600 meter, tepatnya di mataair panas Tondegesan yang berjarak sekitar 100 meter dengan sumber mataair PDAM di Kinali.
Soal pembangunan fisik sesuai APBDes 2019, menurut dia, selain sumur bor, juga akan dialokasikan untuk lanjutan pembangunan jalan usaha tani sekitar 120 meter lapis sirtu dan penetrasi.
“Ada juga pembangunan drainase sekitar 120 meter dan plat deuker di jalan pemukiman penduduk,” ujarnya, seraya menyebut bahwa pembiayaannya bersumber dari dana desa 2019.
APBDes Desa Tondegesan 2019 bernilai total sebesar Rp.1,03 miliar lebih, terdiri dari dana desa Rp.700 juta lebih, alokasi dana desa (ADD) Rp.300 juta lebih serta sisanya dari bagi hasil pajak dan retribusi.
Penulis: Herly Umbas